OTODRIVER – Beberapa waktu lalu (21/9) terjadi kecelakaan di kawasan Pagedangan, Tangerang Selatan. Kejadian nahas tersebut menyebabkan seorang pengendara motor meninggal dunia karena tertabrak sebuah mobil yang dikendarai seorang remaja berusia 15 tahun.
Kecelakaan fatal itu menambah panjang kasus kecelakaan yang diakibatkan pengendara kendaraan bermotor di bawah usia. Dalam keseharian juga masih banyak terlihat pengemudi mobil maupun pengendara motor yang sebenarnya belum cukup usia untuk memilik SIM.
Kondisi yang memperihatinkan sekaligus berbahaya itu juga seperti belum ada penanganan khusus.
Saat dihubungi langsung (24/9), CEO Indonesia Defensive Driving Center (IDDC), Bintarto Agung, menerangkan bawah seorang pengemudi yang baik itu harus sehat mental dan fisik.
Selain itu wajib punya pengetahuan dasar cara berkendara yang berkeselamatan, pengetahuan dasar teknis kendaraan dan yang utama juga sudah mempunyai perilaku, sikap mental, attitude yang baik juga.
Saat ditanyakan apa perbedaan mendasar dalam kesadaran saat mengemudi bagi pengendara di bawah umur dibandingkan pengendara yang usianya sudah layak dapat SIM A, Bintarto secara lugas menyebutkan soal tingkat kedewasaan yang sangat berbeda di antara keduanya
Dijelaskan lagi olehnya, pengendara di bawah umur biasanya kontrol emosinya belum stabil. Ditambah lagi kemampuan konsentrasi jangka panjang masih terbatas, serta kecenderungan ambil risiko lebih tinggi.
Lebih detail lagi, secara neurologis, fungsi otak prefrontal yang mengatur pengambilan keputusan dan pengendalian impuls belum matang sepenuhnya.
Pria yang lebih dari 30 tahun menggeluti pendidikan keamanan berkendara itu juga menjelaskan bahwa pengendara yang usianya sudah cukup umur untuk punya SIM A secara umum lebih matang dalam pengambilan keputusan.
Karena lebih matang, pemilik usia cukup umur untuk SIM A bisa lebih memahami konsekuensi hukum dan sosial, serta punya rasa bertanggung jawab yang lebih baik.

Kecakapan mengemudi di jalan tak bisa sekali jadi lewat pelatihan
Karena adanya serangkaian perbedaan karakter bagi pemilik cukup usia dan yang belum cukup usia untuk memiliki SIM A ternyata tak juga bisa ditutupi dengan pelatihan mengemudi intensif bagi anak-anak.
Masih menurut Bintarto, pelatihan diakuinya bisa meningkatkan skill teknis mengemudi. Sebut saja soal cara mengendalikan mobil, serta menoperasikan kendaraan, sampai memahami peraturan lalu lintas, pengoperasian kendaraan.
Tetapi pelatihan tidak bisa mempercepat kematangan psikologis serta tanggung jawab hukum.
Menurutnya, tetap ada gap antara terampil mengemudi dan kematangan berpikir kompleks saat berkendara di jalan umum.
Ditegaskan lagi oleh pria yang pernah menggeluti dunia reli ini, perkembangan psikologis seseorang sejatinya tidak linear tetapi seiring dengan perkembangan umur dan pengalaman. Kalau sudah begitu maka kecakapan mengemudi yang sebenarnya tidak dapat diakselerasi hanya dengan pelatihan. (EW)








