OTODRIVER – Perhelatan GJAW 2025 sudah berlangsung dengan penuh kejutan soal kehadiran beragam mobil bertenaga listrik, hibrida, dan tentu saja yang bermesin pembakaran internal.
Berbagai fitur yang sejatinya semakin memudahkan pengemudi juga menjadi ‘topik utama’ yang muncul dari mayoritas unit yang dipajang di perhelatan akhir November ini (21-30/11).
Namun meski animo publik akan mobil listrik begitu kuat, ada sejumlah APM yang melihat celah lain yang juga punya potensi besar di pasar otomotif nasional. Yaitu keberadaan mobil hibrida.
Salah satunya GAC Aion, APM yang juga bernaung di bawah Indomobil Group ini berencana menghadirkan portofolio kendaraan energi terbarukan pada tahun depan.
Ada dua model berspesifikasi plug-in hybrid (PHEV) dan range extender hybrid (EREV) sudah positif untuk hadir di Indonesia tahun 2026.
CEO GAC Aion Indonesia, Andri Chiu, yang ditemui di pekan awal ajang GJAW (22/11), tegas menyebutkan bahwa mobil dari kedua jenis pembangkit daya itu memang paling cocok untuk kondisi Indonesia.
Ia menjabarkan soal potensi mobil hibrida di Indonesia yang besar dalam ‘periode transisi’ seperti saat ini sebab konsumen Indonesia masih punya distance anxiety. Diakuinya kadang pengendara mobil listrik masih ‘grogi’ kalau melihat kondisi baterai saat dalam perjalanan.

Saat dikonfirmasi bahwa salah satu produk barunya adalah E9, Andry hanya tersenyum, ”Kami akan datangkan MPV, SUV, dua baris (jok, Red), tiga baris juga ada.”
Sejurus kemudian digambarkannya, bahwa saat ini di Tiongkok sendiri rerata penjualan mobil baru tenaga listrik murni sudah di kisaran 30 persen, dan yang bermesin hibrida porsinya sudah lebih dari 30 persen.
“Saat ini pangsa pasar EV di Indonesia sudah mencapai 15 persen, tahun 2026 mungkin akan menjadi 18 persen. Namun karena Indonesia merupakan negara yang luas maka soal jarak itu menjadi concern tersendiri, dan kelengkapan infratruktur (charging station, Red) menjadi concern tersendiri. Oleh karena itu mobil PHEV dan EREV masih menjadi solusi yang baik juga di Indonesia,” jabarnya lebih lanjut.
Ia memungkaskan, potensi mobil hibrida di masa transisi dimana ketersediaan jaringan isi ulang daya listrik juga masih terus berkembang maka potensi populasi kendaraan hibrida bukan tidak mungkin akan melampaui populasi kendaraan listrik murni. (EW)









