OTODRIVER - Bukan perkara gampang bagi Aletra untuk menghadirkan L8 ke Indonesia. Walau dikembangkan dari model yang sudah ada tepatnya dari Livan Maple 80V, namun pada prakteknya pihak Aletra Indonesia harus melakukan berbagai penyesuaian produk agar sesuai dengan kebutuhan market Indonesia.
Lalu, seperti apakah citrarasa mobil yang sudah dijejali dengan berbagai sentuhan kearifan lokal ala Indonesia ini?
Dalam Aletra L8 Media Test Drive beberapa waktu lalu, kami mencoba memberikan penilaian jujur mengenai sebuah Aletra L8.
Menempuh jarak 537 kilometer yang membentang dari Jakarta hingga Magelang, sepertinya bisa menjadi jalur ideal untuk merasakan sebuah Aletra, termasuk juga seberapa layak improvement yang telah dilakukan oleh brand asli Indonesia ini.

Handling
Aletra L8 yang kami gunakan diisi oleh empat personil dengan berat total kurang lebih 388 kg. Dan memang keempat figur penumpang Aletra ini tergolong berbodi bongsor dan bahkan cenderung overweight.
Saat melaju di atas jalan tol, mobil ini cukup tenang dan suspensinya tergolong lembut dan pengendaliannya pun mantap.
Ujian suspensi yang sesungguhnya dimulai saat melaju di atas tol layang Mohammed Bin Zayed (MBZ). Dengan kecepatan rata-rata 70-80 km/jam, L8 termasuk relatif anteng saat melintas tol layang yang membentang sejauh 36,4 km yang terkenal bergelombang ini.
Suspensi mobil dengan bobot 1.870 kilogram sedikit terasa limbung dan beberapa kali stoper suspensi belakang mentok saat melahap permukaan jalan yang tidak rata dalam kecepatan tinggi.
Kemudi masih bisa dikuasai dengan baik saat melakukan manuver tajam dan tergolong presisi saat digunakan pada kecepatan rendah di daerah perkotaan.

Kelegaan dan tata ruang
Aletra L8 tergolong mobil dengan bodi bongsor dan disasar untuk tarung di segmen MPV EV 7 seater. Bahkan pihak Aletra pun mengatakan telah melakukan penyesuaian agar mobil ini layak menjadi sebuah 7 seater.
Duduk di bangku depan nyaris tidak ada isu yang berarti. Legroom relatif lega dengan posisi duduk cukup nyaman dan komanding. Kehadiran tombol-tombol fisik menjadi nilai tambah tersendiri, hanya saja masih ada yang bisa dimprove ke depannya.
Salah satunya adalah tombol pengaturan regeneratif breaking yang diletakkan pada konsol tengah akan lebih baik jika berwujud paddleshift yang lebih mudah dijangkau dan lebih artistik.

Geser ke bangku baris kedua, nampak ruang kaki masih cukup lega. Namun posisi duduk di baris kedua khususnya untuk tipe captain seat belumnya yang terbaik. Bangku bagian penyangga bawah kurang tinggi sehingga kurang sempurna menopang kaki.
Sementara bangku baris ketiga tidak bisa dikatakan cukup lega. Walau untuk orang dengan postur besar atau dengan tinggi badan 175 cm ke atas baris ketiga bukan tempat yang sempurna untuk ditempati.
Pada baris ketiga ini pun jika dilipat posisi bangkunya pun nampak menonjol dan tidak rata. Akibatnya ruang di baris ketiga yang bisa dikonversi sebagai bagasi ini ruangnya tidak optimal. Tentunya akan lebih baik apabila saat bangku dilipat dapat memberikan ruang yang lebih lega.

Selain itu upaya Aletra Indonesia untuk menghadirkan kabin yang lebih dingin sepertinya membuahkan hasil. Dalam pengetesan ini kami sempat memposisikan setelan AC di suhu paling dingin dengan hembusan angin paling kecil di tengah cuaca luar yang mencapai 36 derajat celcius. Alhasil, kabin L8 tetap terasa sejuk dan dingin.
Performa
Aletra L8 EV mengandalkan motor listrik berdaya 120 kW (161 hp) dengan torsi puncak 240 Nm. Dan untuk keluwesan berkendara, disodorkanlah tiga mode berkendara yakni Normal, Eco dan Sport.
Mode Eco memberikan kontribusi efisiensi terbaik. Mode ini tidak agresif dan membawa motor listrik untuk mengalirkan daya lebih halus. Kami memang sempat mencoba untuk membawa mobil ini dengan kecepatan puncaknya yang diklaim di 160 km/jam dan ternyata angka tersebut masih bisa dicapai walau butuh waktu yang panjang.
Beda ceritanya saat drive mode dipindah ke Sport, yang mampu melesatkan L8 dengan waktu singkat dan juga mampu dibawa dengan agresif. Sedangkan mode Normal berada di tengah-tengah keduanya.
Berbincang mengenai kecepatan puncak, Aletra L8 memberikan batas kecepatan maksimal di angka 160 km/jam yang kontrol secara elektronik.

Konsumsi Listrik
Aletra L8 mengkaryakan baterai yang disebut sebagai Short Blade Bulletproof Battery berbahan Lithium Iron Phosphate (LFP) berdaya 64,7 kWh.
Saat ini Aletra Indonesia hanya menyajikan varian L8 Long Range dengan daya jelajah 540 kilometer dalam penghitungan CLTC. berdasarkan standar siklus uji CLTC.
Mengacu pada perjalanan Jakarta-Magelang, kami memang mengeksplore kinerja mobil ini dengan cara normal. Artinya mobil dikendarai dengan normal dan tanpa upaya melakukan penghematan daya.
Sebanyak dua kali pengisian daya dilakukan sepanjang perjalanan. Yang pertama dilakukan di Cirebon dengan jarak tempuh 213 kilometer dan baterai tersisa 42% dari 99 % saat diberangkatkan dari Jakarta.
Pengisian di Cirebon ini didapati angka 92% dan perjalanan dilanjutkan menuju rest area KM 397A dengan jarak sekitar 197 kilometer menandaskan baterai hingga menyisakan setrum di 26%. Mengapa jarak lebih pendek justru menguras daya baterai lebih banyak? Hal ini tak lepas dari kondisi jalanan yang lebih lengang, sehingga mobil lebih bisa digeber dalam kecepatan tinggi dalam waktu yang lebih panjang.
Kesimpulan
Jalan berliku bagi Aletra untuk menghadirkan MPV 7 seater di Indonesia sepertinya harus diapresiasi.
Sebuah L8 masih cukup bisa dihandalkan untuk menempuh jarak lebih dari 500 kilometer dengan tetap nyaman dan menyenangkan untuk dikendarai. Sedangkan untuk pemakaian dayanya masih cukup rasional untuk sebuah mobil listrik. (SS)









