OTODRIVER - Peta otomotif Indonesia tahun depan akan mengalami perbedaan dari tahun sebelummya. Beberapa waktu lalu Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita sempat berwacana terkait intensif di sekor otomotif ini.
Langkah ini diklaim sebagai salah satu upaya untuk melakukan akselerasi pemulihan dan penguatan industri otomotif pada 2026.
Menyadur dari Bloomberg, bahwa pada saat ini tengah terjadi pembahasan marathon antara Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) dan Kemenperin yang juga melibatkan sejumlah APM (Ageng Pemegang Merek).
Dari pembicaraan itu saat ini menghasilkan dua opsi stimulus yang akan diputuskan hasil finalnya usai libur Natal tahun ini.

Opsi pertama:
Meliputi pembebasan Pajak Barang Mewah (PPnBM) untuk ICE dan Hybrid sebesar 100% untuk ICE di bawah Rp 275 juta, Hybrid dan BEV di bawah Rp 375 juta dan pikap komersial di bawah Rp 275 juta.
Insentip pada BEV, diusulkan berdasarkan penggunaan jenis baterai, di mana EV yang menggunakan baterai berbahan Nikel alias menggunakan jenis baterai NMC (Nickel Manganese Cobalt) akan dibebaskan PPNnya 100%. Sementara bagi mobil yang menggunakan baterai Lithium Ferro Phosphate (LFP) akan dikenakan diskon 6% setelah dikenai insentif 50%.
Opsi kedua:
Pemberian insentif berfokus pada pembebasan PPN 100% untuk ICE di bawah Rp 275 juta, Hybrid dan BEV di bawah Rp 375 juta dan pikap komersial di bawah Rp 275 juta.
Sementara skema insentif pada BEV sama dengan skenario opsi pertama.

Dari dua skenario tersebut maka yang akan sangat diuntungkan adalah Hybrid dan ICE khususnya dengan harga tersebut di atas.
“Opsi pembebasan PPnBM ataupun PPN 100% akan memberikan angin segar untuk mobil ICE salah satunya LCGC (Low Cost Green Car) dan Hybrid di bawah angka yang sudah disebutkan itu. Di segmen inilah yang menjadi kue terbesar dalam segmentasi otomotif Indonesia,” jelas Pengamat Otomotif Senior, Bebin Djuana saat dihubungi Otodriver, Rabu (24/12/2025).
Selain itu Bebin juga menyoroti mengenai insentif pada penggunaan baterai berbahan baku nikel. “Mengenai hal ini memang agak berat lantaran sebagian besar pemain EV yang ada di Indonesia menggunakan baterai tipe lithium. “Penggunaan baterai berbasis nikel, diharapkan mampu memberikan benefit lebih pada Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia,” sambungnya.
“Selain itu ini juga akan memberi kesempatan bagi produsen mobil yang menggunakan bahan dasar baterai dari nikel untuk lebih bersaing dengan pabrikan yang menggunakan lithium,” bebernya. (SS)










