OTODRIVER – Suzuki merupakan salah satu tulang punggung industri otomotif Jepang yang masih belum menyatakan terjun besar-besaran ke segmen kendaraan energi terbarukan.
Namun begitu, bukan berarti pengembangan teknologi mutakhir tidak dilakukan oleh pabrikan yang bermarkas di Hamamatsu, Jepang, dan berdiri sejak tahun 1909 itu.
Dalam satu perhelatan besar bertajuk Suzuki Technology Strategy Briefing 2025 (9/9), Presiden Suzuki Motor Corporation, Toshihiro Suzuki, mengumandangkan bahwa soal desain kendaraan yang ringan bobotnya serta punya mesin serta transmisi yang termutakhir merupakan mandat yang harus ada di setiap produk-produk Suzuki.
Semua berdasarkan filosofi baru yang bertajuk minimalisasi konsumsi energi sekaligus meningkatkan standar produk. Hal ini ditegaskan oleh Suzuki-san, seperti dikutip dari laman Car Watch, sebagai panduan Suzuki setidaknya sampai sepuluh tahun ke depan.
Pria kelahiran 66 tahun itu tak lupa membanggakan pencapaian emperium otomotifnya yang tahun lalu dianggapnya berhasil melakukan program reduksi bobot rata-rata hingga mencapai 80 kilogram dari produk baru yang dirilis.
Padahal target yang dicanangkan di forum serupa tahun 2024 adalah pengurangan bobot sebesar 100 kilogram.
Selain itu, pria yang tahun lalu menggantikan ayahnya, Osamu Suzuki, juga menunjukkan suksesnya pencapaian penerapan teknologi bahan bakar netral karbon pada produk-produk unit produksi Suzuki di India.
Di sana tersedia mobil, maupun motor, yang bisa konsumsi bahan bakar E20 (campuran bioethanol dan bensin). Tahun ini juga sudah dijadwalkan ada kendaraan berspesifikasi FFV (Flexible Fuel Vehicle), bisa konsumsi bahan bakar campuran ramah lingkungan berkadar bioethanol sampai 85 persen.
Tidak ketinggalan diutarakan lagi olehnya soal kehadiran Suzuki eVitara terbaru dengan baterai lebih efisien dalam konsumsi energi.

Pemakaian bahan daur ulang untuk membuat komponen
Selain soal konsumsi energi berikut aplikasi teknologi dengan energi terbarukan, Suzuki Motor Corporation juga telah menjalani proses untuk memanfaatkan bahan daur ulang untuk membuat komponen kendaraan.
Selain itu, setiap komponen kendaraan Suzuki juga harus lebih mudah untuk dilakukan proses bongkar pasang saat perawatan maupun perbaikan. Karena proses sebenarnya juga bisa menyumbang efisiensi konsumsi energi secara signfikan.
Memanfaatkan materi plastik yang lebih ringan juga disebutkan oleh Suzuki-san harus bisa dilanjutkan penerapannya. Terlebih saat ini pihak Suzuki punya program bernama S-Light yang fokus ke reduksi bobot ini.
Terakhir, agar setiap kendaraan Suzuki lebih efisien dioperasikan, juga dicanangkan upaya untuk integrasi fitur-fitur di setiap kendaraan Suzuki supaya pengendara lebih dimudahkan lagi. (EW)









