OTODRIVER - Jaringan dealer utama BYD di Provinsi Shandong, Tiongkok, yakni Shandong Qiancheng Holdings, mengalami krisis berat sejak April 2025.
Lebih dari 20 dealer 4S bermerek “Qian” tutup mendadak, termasuk flagship store Qiansheng di Jinan yang kini nyaris kosong.
Seperti dilansir dari Carnewschina.com (2/6), ribuan konsumen dirugikan.
Mereka sebelumnya sudah membayar paket layanan seperti asuransi gabungan tiga tahun, perawatan berkala, dan perlindungan seumur hidup. Banyak dari mereka kini membentuk grup perlindungan konsumen karena janji pengembalian dana dari dealer tidak ditepati.
Paket “asuransi tiga tahun” menjadi sorotan. Konsumen diminta membayar di muka 10.000–15.000 yuan atau setara dengan Rp 22 jutaan hingga Rp 33,9 jutaan, dengan janji penggantian premi tahun ke-2 dan ke-3. Tapi sejak April, pengembalian dana mandek dan dealer ditinggalkan.
Qiancheng sebelumnya adalah mitra strategis BYD, dengan 20+ dealer dan omzet Rp 6 triliun lebih. Namun masalah finansial muncul sejak 2024, mulai dari gaji yang tertunda hingga ekspansi yang terlalu agresif.
BYD membantah perubahan kebijakannya sebagai penyebab, dan menyalahkan manajemen Qiancheng yang buruk. Sebaliknya, Qiancheng menyalahkan tekanan kebijakan BYD dan kondisi pasar yang memburuk.
Konsumen merasa ditinggalkan, karena kepercayaan mereka pada merek BYD tak diiringi dengan tanggung jawab atas dealer resmi. Meski BYD mengklaim beberapa dealer sudah diambil alih pihak lain, sebagian besar konsumen menilai solusi dari BYD belum nyata.
Kini ribuan konsumen masih menunggu kejelasan, siapa yang akan bertanggung jawab atas layanan yang sudah mereka bayar? (AW)
